Senin, 09 Mei 2011

ASAL USUL TARI JAPPIN SECARA UMUM

Asal Mula Tarian Jappin secara umum
Oleh: Erson susanto / Disbudpar Berau
Dalam masyarakat Berau khususnya suku Banua, tari Zapin ( dialek melayu ) disebut Jappin. Kalau sebutan dengan bahasa melayu yaitu biasa menyebut zapin, zapen, atau sepen, meskipun jelas kata jepen tersebut merujuk pada kata zapin dalam budaya Melayu. Semua sama dengan orang / masyarakat rumpun melayu yang menyebut zapin dengan jepen / jappin, sehingga dikenal Jappin Banua.
Ada tiga jenis Jappin Banua yang ada di masyarakat Berau, yaitu Jappin Ballit / Lillit Kacang, Jappin Sirung / Serong, Jappin Kapala Bassai. Namun dalam setiap pertunjukan tarian jappin ini sudah sering dikolaborasi langkah dan ragam geraknya dari ketiga jenis jappin ini. Dalam masyarakat berau ataupun adanya penyambutan tamu, tarian ini sering ditampilkan, memang jappin banua masyarakat Berau ini baik ragam gerak atau langkah kaki dan ayunan serta lenggokan tubuh sangatlah monoton, karna pola dan komposisinya berdasarkan makna yang terkandung dalam tarian jappin itu sendiri. Tarian jappin banua masyarakat Berau ini dahulu sampai saat ini masih bertahan polanya apabila ditampilkan didalam kerabat keraton / kerajaan, itu dikarnakan juga filosofi yang terkandung dalam maknanya sungguh kuat dan teguh secara mendalam, sebab filosofi ini adalah yang katanya orang terdahulu kami yang tau asal usulnya, Hablumminannaas, wahablumminallaah, yaitu penghormatan kepada pembesar / Raja saat itu, penghormatan kepada seluruh masyarakat bangsawan / sederajat, dan menyampaikan maksud dan do’a kepada Sang Khalik. Akan tetapi juga, jika tarian ini ditampilkan dalam acara persembahan kepada tamu luar yang sifatnya umum seperti tamu luar daerah Kabupaten Berau, atau Festival yang dasarnya untuk pelestarian budaya rumpun melayu antar daerah, maka Jappin ini bisa dimodifikasi / kreasi pola / dan ragamnya namun tidak menghilangkan ruh dari dasar filosofi yang terkandung didalamnya.
Ada banyak literatur yang menjelaskan mengenai tarian jappin, di mana jappin mewakili seni yang penuh dengan kehalusan, kelembutan dan lirik terpilih yang membincangkan kearifan. Gerakan yang mengulang harmonis dalam tarian jappin bisa membangun kontemplasi, bisa dikatakan bahwa jappin inu semacam Taman Hati Nurani.
Di tengah riuh rendahnya aktivitas masyarakat Melayu, jappin berkembang secara alami. Oleh karenanya, di pusat-pusat kebudayaan Melayu, tanpa memandang umur, di setiap kampung dan dusun, denting dawai dan panting gambus, tingkahan marwas (gendang Melayu), senantiasa mengiringi gerak lincah kaki-kaki yang menarikan jappin.





Jappin dibawa oleh ulama-ulama Arab ke tanah Melayu lewat India. Ada yang menyebutkan, “zapin” berasal dari kata “al-Zappin” yang berarti gerak kaki. Konon sejarahnya bermula ketika Rasulullah saw dalam hijrah telah sampai ke Madinah, beberapa sahabat mengekspresikan kegembiraan mereka atas kedatangan Rasulullah saw dengan selamat, sekaligus menjadi tanda bangkitnya agama Allah di bumi Thaibah (madinah). Oleh karena itu, seraya melantunkan syair kegembiraan, mereka melangkah dan menghentakkan kaki secara teratur sehingga kemudian dikenallah tari zapin.
Akan tetapi, ada pula yang menyebutkannya berasal dari kata “Zaffa”, yakni memimpin pengantin perempuan dalam perarakan perkawinan. Tarian ini berkembang subur di pusat-pusat kerajaan Melayu terutama sejak abad ke-19 M. seperti di Johor, Riau-Lingga, dan Siak, yang juga dimiliki berbagai daerah pesisir lain di Tanah Air, termasuk di Kalimantan. Gerakan-gerakan dalam tarian Jappin dikembangkan sesuai dengan daya kreativitas seniman yang berdasarkan adat istiadat budaya daerah setempat yang sudah barang tentu mengalami perubahan besar dibandingkan dari tanah asalnya, Gerakan jappin memiliki variasi mengikuti perbedaan lagu / pantun yang mengiringinya.
Jappin yang di masa kegemilangan imperium Melayu hanya ditarikan di kalangan istana yang terbatas, sekarang telah berbaur menyatu di tengah-tengah masyarakat, sehingga tidak lagi tampak nilai-nilai eksklusifitas kesenian ini; semua seakan menyatu dan menjadi identitas bagi penari yang jelas-jelas bukan merupakan orang-orang istana. Setelah melewati proses akulturasi, jelaslah bahwa zapin kini lahir menjadi salah satu ikon budaya Melayu.

Jika umumnya di Tanah Melayu Sumatera atau Malaysia, tari Jappin diringi oleh musik khas yang terdiri atas unsur utama gambus, marwas, dan akordion, sedangkan di Kabupaten Berau sesuai dengan alat yang membudaya di daerah ini yaitu, menggunakan gambus, ketipung / marwas, gong sebagai ketukan langkah titik kaki, dan senandung pantun yang berisikan nasehat / sanjungan. Dan seiring perkembangannya music pengiring jappin inipun mulai dikreasikan dengan alat seperti biola, accordion, tamborin, hadrah dan alat alat music lainnya yang sesuai dengan karakter melayunya.
Filosofi Jappin Banua
Menjunjung tinggi adab adat isitiadat, menghormati yang tinggi derajat, menghormati yang sama derajat, bersama saling menjaga arah, kuatkan tali silaturrahim antar sesama, manyatukan hati bertaqwa kepada Sang Pencipta alam semesta.